Subhan Hardi- Tanggap Bencana
Pacitan, berbagi.hsi.id– Tim Tanggap Bencana HSI Berbagi dan relawan Satda Indonesia kembali berkolaborasi dalam giat pipanisasi. Tepatnya di desa Sudimoro, Kecamatan Sudimoro, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, dalam menghadapi kemarau dan kekeringan yang melanda wilayah tersebut. Giat yang dilakukan kali ini, merupakan kelanjutan dari giat sebelumnya setelah dilakukan asesmen dan survei pada tanggal 19-22 Juli 2024 lalu.
Hari Pertama Giat
Selasa, 27 Agustus 2024 merupakan hari pertama giat. Setelah rehat sejenak di salah satu masjid di Dusun Gandusari, tim relawan langsung ‘tancap gas’ melaksanakan giat menyusuri jalan berbukit dan terjal dengan kemiringan yang cukup tajam. Dengan kontur tanah menanjak dan menurun. Kondisi tanah keras dan kering, karena hujan tak kunjung tiba dalam rentang waktu yang cukup lama, semakin menegaskan desa berbukit tersebut rentan kekeringan dan minus air bersih.
Dalam giat lanjutan pipanisasi ini, Tim Tanggap Bencana HSI Berbagi dengan dukungan penuh warga lokal menerjunkan 5 personel, diantaranya; Subhan Hardi, Sopian Awaludin, Adhi Setyawan, Muhammad Romadona dan Sudiyatmo. Satda Indonesia 3 Personel, Denny Kris, Pratono dan Abu Ubay. Sementara, Ari, dari relawan Muslim Kediri Peduli. Tampak, para relawan berkendara sepeda motor dan sesekali berjalan kaki, menyusuri area perbukitan yang curam, berliku plus tanjakan membuat adrenalin terus dipompa saat mengendarai sepeda motor.
Giat hari pertama ini memastikan titik lokasi pemasangan tandon air di Dusun Gandusari, Desa Sudimoro, yang sebelumnya telah ditentukan saat asesmen. Rencananya tandon akan dibangun dengan diameter 4×4 meter dan ketinggian 1,2 meter. Relawan Tanggap Bencana HSI Berbagi terjun langsung dalam giat pembuatan tandon air di desa Gandusari tersebut, dimana sumber air diperoleh dari sumber air desa Karang Mulyo, Dusun Krajan, yang rencananya akan disalurkan ke warga Dusun Gandusari dan Konto dengan target 70 rumah. Insyaallah.
Giat yang dijadwalkan tanggal 27-31 Agustus 2024 ini, juga akan membuat jembatan atau penyangga pipa yang akan mengalirkan air dengan sudut elavasi antar bukit. Nantinya, jembatan yang akan menggunakan sling baja ini menggantung pipa yang disambungkan dari sumber air yang melewati jurang, dengan jarak 100-200 meter. Hal ini sebagai upaya dari sisi teknis, agar pipa bisa mengalirkan air, dengan sudut elevasi atau jarak pipa selang air yang disambungkan tidak mungkin dilakukan dengan menyusur ke tanah.
Kondisi kemarau yang panjang dan minimya curah hujan, tim relawan yang dipimpin Denny Kris, Satda Indonesia, dalam giat hari pertama ini juga melakukan pengecekan ulang sumber air. Qodarullah, sumber air mengalami pengurangan debitnya. Meski, sumber air dapat mengalirkan air, saat pipanisasi dilakukan. Secara teknis proses ini akan berpengaruh pada penentuan ukuran pipa yang digunakan dan hal lain yang terhubung. Semua diperhitungkan dengan cermat, karena akan bersinggungan dengan pengadaan barang terkait giat pipanisasi. “Semua harus diperhitungkan dengan baik dan cermat. Jika kesalahan dilakukan akan sangat menyulitkan, dan membuat air tidak bisa mengalir,” ujar Denny Kris, sang komandan lapangan menegaskan.
Semoga Allah Azza wa jalla memberikan kemudahan dan kelancaran. Karena, warga sudah sangat berharap air bisa mengalir ke rumah-rumah mereka.*