Lenny Hasanah- Daksos
Bekasi, berbagi.hsi.id– Kematian adalah sesuatu yang pasti. Kemana pun engkau melangkah, di manapun engkau berada, tatkala rezekimu di dunia sudah dicukupkan oleh Allah. Maka, kematian akan segera menjemputmu.
Lenyaplah rona dari wajahmu, hilanglah nafas dari tenggorokanmu, bahkan tiada lagi kecantikan, ketampanan, kekayaan, kesusahan, kesenangan dan semua yang pernah dimiliki di dunia fana ini. Karena, kita sudah tidak bernyawa lagi.
Pernahkah terpikir, siapakah yang memandikan, mengafani, menyolatkan, mengusung, mengantar dan menguburkan jenazah yang kaku itu? Akankah penyelenggaraan jenazah kita sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ yang mudah, ringan, dan tak memberatkan?
Sebelum terlambat, tak ada salahnya kita belajar tentang bagaimana tata cara pengurusan janaiz atau jenazah yang benar, seperti yang dilakoni teman-teman duta HSI Bekasi di Masjid HSI Al-Kautsar, 12 November 2023 lalu. Dalam gelaran daurah janaiz tersebut, sekitar 40 peserta mengikuti; terdiri dari pendaftar online, jamaah masjid dan warga sekitar Masjid HSI Al-Kautsar, dengan pemateri Ustadz As’ari Mahdi, Lc.
“Alhamdulillah, acara tersebut berjalan dengan lancar. Meski, waktunya agak sedikit molor. Saat daurah berlangsung, ternyata antara teori dan praktik, terutama saat mengafani dan memandikan jenazah, perlu penjelasan yang detail,” ujar Penanggung Jawab Daurah Janaiz Masjid HSI Al-Kautsar, Akhuna Cipto Sulistyono.
Hal ini, ia menambahkan, agar semua peserta yang mengikuti daurah dapat benar-benar memahami dan mengaflikasikan pelajaran yang diperoleh dengan baik saat menangani jenazah sesuai tuntunan syariat.
Menurut Akhuna Cipto, terkait pemahaman warga sekitar lokasi tentang penyelenggaraan jenazah sesuai sunnah memang masih terbilang minim. Alhamdulillah, ketika mengikuti praktik daurah, warga akhirnya memahami bahwa tata cara pengurusan jenazah seorang muslim itu mudah dan tidak memberatkan.
Hal senada juga disampaikan Akhuna Aris Abu Rayyan, Ketua Duta HSI Bandung Raya yang juga penanggung jawab kegiatan daurah janaiz di Cimahi, 2 September 2023, di Masjid Nafaa wa Aldkamlouni. Dalam daurah yang dipimpin Ustadz Andi Suhandi tersebut, peserta yang berpartisipasi mencapai 120 orang, terdiri atas santri HSI AbdullahRoy, jamaah masjid dan warga di sekitar komplek tersebut.
Menurut Akhuna Aris, setelah praktik memandikan, mengafani dan menguburkan, Ustadz Andi Suhandi memberikan waktu untuk sesi tanya jawab kepada para peserta. Dirinya, menyampaikan masih sering dijumpai adanya tim pengurus janaiz yang suka mubazir saat menggunakan air untuk memandikan jenazah.
Menggunakan kapas yang banyak untuk menutupi jenazah. Meski, sebenarnya tidak perlu berlebihan. Adanya perbedaan pemahaman ini, kerap terjadi karena minimnya ilmu dan praktik yang dilakukan dalam pengurusan jenazah sesuai sunnah
Kekeliruan yang Lazim
Sebenarnya, apa saja kekeliruan yang lazim terjadi saat prosesi pengurusan jenazah di tengah-tengah masyarakat? Ustadz As’ari Mahdi, menjabarkan, hal yang pertama adalah berkaitan dengan proses memandikan jenazah.
Ada masyarakat yang masih memegang tradisi memandikan dengan cara dipangku. Padahal jika ditinjau dari sisi kesehatan, hal itu bisa mengundang bahaya. Bisa saja jenazah memiliki penyakit tertentu atau dapat mengeluarkan cairan yang bisa membahayakan bagi orang-orang yang memandikannya.
Perbedaan berikutnya adalah ritual harus memakai kembang. Menurut Ustadz As’ari, keyakinan tersebut tentunya salah. Jadi, perlu menyampaikan dengan lemah-lembut kepada warga masyarakat yang belum mengetahui. Jika warga bersikeras, ingin memakai kembang atau bunga, maka jangan segera menampiknya.
“Jelaskan saja kepada keluarga jenazah bahwa air mandinya nanti bisa kotor. Jadi, khawatir tidak bisa dipakai lagi untuk memandikan mayit,” jelas Ustadz As’ari.
Kemudian, kejanggalan yang seringkali berulang adalah mengumandangkan adzan saat jenazah hendak dimasukkan ke liang lahat. Padahal, tidak ada syariat yang mengaturnya dan ini murni sebatas tradisi yang mendarah daging di negeri ini.
“Oleh sebab itu, tujuan daurah janaiz ini adalah kita pelan-pelan memberikan pengetahuan bahwa tradisi nenek-moyang tidak ada dalam syariat. Ditinggalkan lebih baik,” ungkap Ustadz As’ari meyakinkan.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemudahan dan taufik kepada kita semua agar dapat mempelajari ilmu agama yang haq. Terutama, ilmu penyelenggaraan jenazah yang indah sesuai sunnah. Ilmu yang tidak ditambah atau dikurangi.(sbn)