Leny Hasanah- Tanggap Bencana
Terbentuknya TPA Ar Rahman berawal dari kegiatan Ceria Anak dan belajar di tenda-tenda darurat yang menampung anak-anak di Desa Cibeureum, saat gempa terjadi, September 2024 lalu. Foto-foto; Dok HSIB.
Jawa Barat, berbagi.hsi.id– Di tengah suasana duka pasca bencana gempa bumi yang memporak-porandakan Kabupaten Bandung, Jawa Barat pertengahan September 2024 lalu, tim Tanggap Bencana HSI BERBAGI menginisiasi pendirian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Ar-Rahman bagi anak-anak terdampak. Program ini dirancang sebagai upaya berkesinambungan untuk menumbuhkan bibit-bibit semangat dakwah di wilayah terdampak bencana.
Ketua Program Tanggap Bencana (TB) HSI BERBAGI, Dovit Agususilo membeberkan, ide awal program ini mencuat setelah tim relawan melihat anak-anak yang hanya bermain karena sekolah diliburkan setelah bencana melanda desa mereka.
Terinspirasi untuk memberikan kegiatan positif, para relawan kemudian menelurkan ide segarnya dengan mengadakan sesi ceria anak, yang mencakup pengajaran ayat-ayat pendek, cerita Islami, tanya jawab, dan berbagai permainan menarik di tenda darurat, baik pada pagi hari atau sore hari.
Seiring berjalannya waktu, tim TB HSI BERBAGI melihat pentingnya TPA sebagai program jangka panjang dan berkelanjutan. Setelah masa darurat berakhir, aktivitas TPA dipindahkan ke Masjid Ar-Rahman di Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung dengan dukungan penuh dari orang tua serta takmir masjid.
“Respon positif ini menjadi semangat bagi kami untuk terus menggiatkan kegiatan TPA. Kami berharap nantinya anak-anak dapat menjadi generasi Islam yang mengerti tentang Islam yang shahih,” kata Dovit kepada berbagi.hsi.id di Banyuwangi, belum lama ini.
HSI BERBAGI mendukung penuh serta memberikan pendidikan dan pelatihan (diklat) kepada warga lokal untuk menjadi pengajar TPA Ar Rahman, yang berlokasi di Kampung Baru, Cibeureum, Kabupaten Bandung.
Untuk memastikan program ini terus eksis, Tim TB HSI BERBAGI telah mengambil beberapa langkah penting, di antaranya memberikan pelatihan singkat kepada empat orang warga lokal yang merupakan lulusan Aliyah sebagai tenaga pengajar, menyiapkan kurikulum khusus, dan memberikan pendampingan selama tiga bulan.
“Para pengajar juga akan mendapat mukafa’ah selama satu tahun sebagai bentuk penghargaan dan dukungan. Kami berharap ke depannya TPA ini bisa mandiri dan lebih berkembang lagi, misalnya menjadi Raudathul Athfal (RA) atau Taman Kanak-Kanak (TK),” ungkap Dovit bersemangat.
Sopian Awaludin, seorang relawan TB HSI BERBAGI yang berlokasi relatif dekat dengan TPA, yaitu sekitar 1,5 jam perjalanan darat, mendapat amanah untuk melakukan monitoring rutin. Pada bulan pertama, pendampingan akan dilakukan setiap pekan, kemudian dilanjutkan dengan monitoring bulanan.
HSI BERBAGI juga berencana menjalin kerja sama dengan Pondok Ustadz Abu Zahid, sebuah lembaga lokal setempat, untuk mendukung kelangsungan program di masa mendatang.
“Alhamdulillah, semua keperluan TPA termasuk mukafaah saat ini ditanggung oleh HSI BERBAGI, yang merupakan wujud dakwah dan aksi kemanusiaan HSI BERBAGI di lokasi usai bencana,” imbuhnya.
Sejak awal gempa, HSI BERBAGI telah memberikan bantuan dana secara bertahap untuk berbagai kebutuhan di daerah terdampak, termasuk TPA. Pada tahap pertama, HSI BERBAGI menyalurkan dana sebesar Rp10 juta sebagai bantuan taktis segera setelah gempa terjadi.
Tahap kedua berupa dana Rp24.035.000,00 yang disalurkan untuk membeli kebutuhan logistik, sembako, dan bantuan bagi santri HSI AbdullahRoy dan warga terdampak. Terakhir, tahap ketiga sebesar Rp6.875.000 dialokasikan khusus, untuk mendukung kegiatan operasional TPA.
Tentunya, melalui langkah-langkah konkret ini, HSI BERBAGI berharap keberadaan TPA di tengah masyarakat terdampak gempa Kabupaten Bandung, tidak hanya menjadi tempat pendidikan Al-Qur’an. Namun, juga menjadi tonggak lahirnya generasi rabbani yang kuat, yang akan terus menebar kebaikan di masa depan.(sbn)