Menangkal Bahaya Information Overload

By: hardi

dr. Avie Andriyani

Berita-berita terbaru menerjang bak banjir bandang..

Puluhan konten tak putus-putus menggoda dan memanjakan mata..

Notifikasi e-mail dan media sosial silih berganti berebut atensi..

Informasi yang kita butuhkan lama kelamaan terasa hambar, sampai-sampai tidak tahu lagi mana yang penting dan mana yang tidak dibutuhkan. Semua dikonsumsi tanpa henti, hingga terasa jenuh, sulit konsentrasi dan sulit mengambil keputusan.

Fenomena ‘Banjir Informasi’

Di era serba internet, serba digital dan serba online seperti saat ini, banyak informasi yang tersedia dan siap kita konsumsi. Rasanya, cukup sulit mengelak, apalagi menolak untuk tidak terdistraksi dengan aneka konten yang menjanjikan berbagai kemudahan.

Jika zaman dulu kita harus mencari informasi dengan susah payah. Saat ini informasi justru datang tanpa diundang. Niat hati ingin membaca berita ekonomi, tiba-tiba saja sudah ‘terdampar’ ke berita politik. Karena tidak sadar memencet link dengan judul click bait yang bombastis.

Tak berhenti sampai di sini. Sumber informasi juga semakin banyak, karena semua pakar sepertinya berlomba-lomba membuat konten yang katanya paling akurat dan terpercaya. Semua terasa penting untuk disimak, hingga pikiran terasa penuh dan jenuh.

Fenomena banjir informasi atau information overload merupakan sebuah kondisi ketika seseorang menerima dan berusaha memproses informasi, yang jumlahnya berlebihan sekaligus dalam satu waktu. Kondisi ini seringkali terjadi ketika seseorang memegang gadget dengan koneksi internet dan digunakan untuk melakukan pekerjaan multitasking (berbagai macam pekerjaan).

Niat hati ingin lebih cepat menyelesaikan berbagai pekerjaan sekaligus, namun yang terjadi justru sebaliknya. Information overload membuat pekerjaan kita jadi tidak efektif dan efisien karena terlalu banyak distraksi di sana sini.

Siapa yang Rentan Mengalami Information Overload?

Karyawan dan pekerja kantoran yang berjam-jam di depan gadget menjadi kelompok yang paling rentan mengalami information overload. Pekerjaan yang menuntut untuk selalu di depan layar membuat para pekerja kantoran jadi sulit menghindar dari banjir informasi berbagai arah.

Namun demikian, orang-orang yang bekerja dari rumah dan bergerak di ranah kreatif ternyata juga bisa mengalami kondisi information overload. Tuntutan untuk selalu mengikuti tren pasar dan keinginan mencari ide-ide segar seringkali berakhir dengan tenggelam di dalam lautan informasi.

Masyarakat secara umum, mulai dari para pelajar, hingga ibu rumah tangga juga tidak luput dari ancaman information overload karena banyaknya konten hiburan sekaligus informasi yang menarik di dunia maya.

Dampak Buruk Information overload

Banyaknya informasi, konten, artikel dan data justru makin mempersulit ketika kita harus membuat pilihan secara tepat dan cepat. Kemampuan otak untuk mencerna suatu informasi jadi menurun. Karena terlalu banyaknya sajian data baik berupa tulisan, gambar, video, dan lain-lain. Terlebih lagi masih ditambah dengan distraksi, sehingga pikiran semakin bercabang dan sulit untuk fokus.

 Jika hal seperti ini dibiarkan, kita akan mengalami stres hingga burnout. Burnout adalah suatu bentuk kelelahan fisik, mental dan emosional. Seseorang yang mengalami burnout akan terus menerus merasa lelah. Meskipun sudah beristirahat, karena asalnya kelelahan yang dirasakan tidak hanya berupa fisik tetapi juga mengenai jiwa.

Informasi yang bermanfaat sekalipun akan berdampak buruk ketika kita konsumsi terus menerus tanpa mengenal waktu. Berikut ini beberapa dampak buruk information overload, antara lain :

•Menghabiskan waktu, menguras tenaga dan pikiran kita.

•Mengurangi kemampuan untuk mengambil keputusan.

•Menurunkan performa dan produktivitas kerja

•Menurunkan kemampuan untuk memusatkan perhatian (sulit fokus)

•Menurunkan kemampuan untuk mengingat

•Menurunkan kualitas tidur hingga menyebabkan insomnia (sulit tidur)

•Memicu permasalahan mental, mulai dari stres, kecemasan, depresi, dan lain-lain

Segera Filter dan Batasi Informasi

Salah satu sumber utama datangnya informasi yang masif adalah dari gadget kita. Mungkin kita tidak bisa terlepas 100 persen dari gadget, tapi kita masih bisa membatasinya.

Berikut ini beberapa cara untuk membatasi atau memfilter informasi supaya kita tidak mengalami information overload:

Tentukan skala prioritas

Salah satu cara yang efektif adalah dengan membuat catatan daftar pekerjaan yang harus kita selesaikan. Diurutkan dari yang paling penting. Cara ini bisa membantu kita lebih terarah dalam bekerja dan menyingkirkan hal-hal yang kurang penting. Kita jadi terkondisi untuk mengonsumsi informasi yang dibutuhkan saja dan hanya mengambil informasi dari sumber yang sudah terbukti bisa mendukung pekerjaan kita.

Batasi durasinya

Jika kita kesulitan menghentikan kebiasaan mengakses informasi tanpa henti, kita bisa mengurangi durasinya. Gunakan aplikasi pengingat berapa lama kita sudah menggunakan internet dan patuhi komitmen tersebut.

Matikan notifikasi

 Ketika sedang fokus pada suatu pekerjaan, seringkali kita akan terdistraksi dengan membuka notifikasi-notifasi yang bermunculan. Upayakan untuk selalu mematikan notifikasi agar kita tidak tergoda untuk membukanya. Sehingga menambah banyak informasi yang masuk ke dalam otak kita.

Membagi waktu pengecekan

Tetapkan jadwal membuka notifikasi di waktu-waktu tertentu. Misalnya kita tetapkan untuk membuka notifikasi (whatsapp, e-mail, dan lain-lain) setelah menyelesaikan pekerjaan kita. Membagi waktu pengecekan menjadi beberapa kloter terbukti lebih efektif dibanding membukanya secara acak dan tidak terjadwal.

Istirahat di sela-sela pekerjaan

Membiarkan otak beristirahat sejenak dapat membantu kita menangkal dampak buruk dari banjir informasi. Otak butuh waktu untuk memproses dan mengingat informasi penting yang baru saja didapatkan.

Letakkan handphone di luar ruangan

Ketika kita sedang melakukan suatu pekerjaan, lebih baik kita singkirkan terlebih dahulu sumber distraksinya, yaitu ponsel atau HP. Jika HP masih berdekatan dengan posisi kita, maka pikiran kita akan teralihkan karena otak bekerja keras berusaha menahan diri untuk tidak meraih HP. Sebaliknya, ketika HP diletakkan di ruangan yang berbeda maka otak akan lebih rileks, sehingga fokus kita akan meningkat.

Beralih ke buku

Jika kita merasa haus informasi, kita bisa mengalihkannya dengan membaca buku. Buku terbukti lebih efektif meningkatkan fokus kita dibanding sumber informasi yang bersumber dari internet. Jika harga buku terasa kurang ramah di kantong, kita bisa membaca buku di perpustakaan.

Yuk, Detoks dari Gadget!

Information overload bersumber dari gadget, bukan dari buku yang kita baca. Gadget dan buku sama-sama merupakan sumber informasi, tapi efek buruk ‘banjir informasi’ justru berasal dari gadget. Salah satu cara ekstrim yang bisa dipilih untuk kasus information overload yang sudah sampai pada taraf menyebabkan stres adalah dengan melakukan detoksifikasi dari gadget.

Detoksifikasi sebenarnya istilah yang digunakan untuk menggambarkan prosedur penetralan atau pengobatan terhadap racun. Gadget dan segala macam aplikasi di dalamnya bisa menjadi ‘racun’ ketika kita tidak bijak dalam menggunakannya.

Oleh karena itu, detoks dengan meninggalkan gadget sama sekali dalam jangka waktu tertentu bisa dicoba sebagai terapi untuk stres dan burnout yang kita alami. Lakukan aktivitas menyenangkan seperti mengerjakan hobi, rekreasi, jalan kaki, atau berolahraga. Silakan, mencoba.(sbn)

Referensi;

https://baktinews.bakti.or.id/artikel/apa-itu-information-overload-dan-kenapa-penting-dipahami-pekerja