dr. Avie Andriyani
Perawakan tubuh anak yang pendek dianggap hal biasa dalam masyarakat kita. Bahkan, terkadang banyak dari orang tua yang membiarkan dan bukan menjadi masalah penting untuk diperhatikan.
“Tidak apa-apa pendek, memang dari sananya, yang penting anaknya sehat,” kalimat seperti inilah yang kerap dilontarkan.
Faktanya, tubuh pendek bukan sekadar masalah genetika (keturunan) yang harus diterima tanpa adanya usaha pencegahan. Perawakan anak yang lebih pendek dari anak-anak lain seusianya bisa jadi merupakan pertanda kondisi gagal tumbuh yang mengarah pada stunting. Efek stunting, nyatanya tidak hanya memengaruhi penampilan fisik. Namun, juga berpengaruh pada perkembangan otak, kecerdasan dan produktivitas suatu generasi.
Menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization), stunting didefinisikan sebagai suatu gangguan perkembangan pada anak akibat gizi yang buruk, infeksi berulang dan simulasi psikososial yang tidak memadai. Seorang anak dimasukkan dalam kategori stunting, jika tinggi badannya lebih dari -2 standar deviasi median pertumbuhan anak yang telah ditetapkan oleh WHO.
Hasil survey SGI (Status Gizi Indonesia) tahun 2021 menunjukkan 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting. Badan Pusat Statistik mencatat angka stunting di Indonesia pada tahun 2022 sebesar 24,4 %. Angka ini masih berada di atas standar dari WHO yaitu 20%.
Saat ini pemerintah Indonesia menargetkan untuk menurunkan angka stunting hingga mencapai angka 14 % di tahun 2024. Berbagai upaya tentunya sudah dirumuskan dan disosialisasikan oleh pemerintah, karena melibatkan banyak pihak hingga satuan terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga.
Bukan Sekadar Pendek
Tidak semua anak yang pendek berarti stunting, karena stunting tidak semata-mata permasalahan tinggi badan yang kurang saja. Ada beberapa ciri yang bisa dikenali dari anak stunting :
•Tubuh anak lebih pendek dan proporsi tubuhnya lebih kecil dari anak lain seusianya.
•Pertumbuhan tulang dan gigi lebih lambat
•Tanda pubertas terlambat
•Wajah tampak lebih muda dari usianya
•Pada usia 8-10 tahun anak cenderung menjadi lebih pendiam dan kurang melakukan kontak mata
•Kurang fokus dan sulit mengingat pelajaran
•Mudah mengalami penyakit infeksi
Penyebab Stunting
Kita perlu mengenali penyebab stunting agar dapat mempersiapkan diri dan mengantisipasinya. Stunting jarang sekali disebabkan oleh satu faktor penyebab saja. Kebanyakan stunting yang terjadi pada seorang anak, merupakan akibat adanya berbagai faktor yang terjadi pada 1000 hari pertama kehidupannya. Beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya stunting antara lain :
Malnutrisi atau kurangnya nutrisi yang memadai. Hal ini bisa terjadi karena berbagai sebab seperti kemiskinan (kemampuan ekonomi kurang), kurangnya pengetahuan ibu mengenai pentingnya gizi di masa kehamilan, kurangnya pengalaman dan ilmu dalam menyusui dan menyiapkan makanan pendamping ASI.
Kurangnya ketersediaan air bersih dan sanitasi yang memadai di beberapa daerah tertentu,
•Terbatasnya layanan kesehatan dan tenaga kesehatan, termasuk Antenatal care (ANC) atau pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan Post Natal Care (PNC) atau pelayanan pasca melahirkan.
Kejadian infeksi yang berulang pada anak dan minimnya akses untuk berobat ke tempat pelayanan kesehatan.
Faktor genetik atau keturunan
Dampak Stunting
Stunting bukan semata-mata masalah estetika atau penampilan fisik semata, ada banyak akibat yang muncul akibat kondisi stunting ini, yaitu :
•Tubuh lebih pendek dari anak seusianya.
•Kurangnya produktivitas dan kreativitas karena kecerdasan anak di bawah rata-rata.
•Sistem imun kurang bagus, sehingga anak jadi lebih mudah sakit.
•Risiko mengalami berbagai penyakit degeneratif di usia dewasanya seperti penyakit diabetes melitus, penyakit jantung, stroke obesitas, dan lain-lain.
•Kesehatan reproduksi menurun dan terlambat mengalami pubertas. Bagi anak wanita biasanya terlambat mendapatkan menstruasi pertama.
Cegah Sejak dalam Kandungan
Mencegah stunting pada anak bisa dilakukan sejak dini, bahkan ketika anak itu belum lahir. Kuncinya ada pada kondisi gizi dan kesehatan ibu hamil. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh seorang ibu hamil untuk mencegah stunting pada anak yang akan dilahirkannya antara lain :
Kontrol kandungan secara rutin ke bidan atau dokter di tempat pelayanan kesehatan terdekat untuk memantau kesehatan ibu dan bayinya. Hal ini untuk mengantisipasi adanya gangguan kesehatan atau infeksi selama kehamilan yang bisa berpengaruh pada tumbuh kembang janin dalam kandungan yang bisa berlanjut menjadi anak stunting di kemudian hari. Beberapa penyakit infeksi yang harus diwaspadai ibu hamil seperti hepatitis B, hepatitis C, toxoplasma, rubella, dan herpes.
Memerhatikan makanan yang dikonsumsi selama hamil baik dari sisi kebersihan, tingkat kematangan, maupun kandungan nutrisinya. Pastikan selalu mencuci tangan sebelum mengolah dan menyantap makanan, memasak daging hingga benar-benar matang, mencuci sayur dan buah, serta memilih sumber makanan yang bergizi. Sebagai acuan, kebutuhan nutrisi yang penting selama hamil meliputi : 400-100 mcg asam folat, 1200 mg kalsium, 15 mcg vitamin D, 60-90 gram protein, dan 9-18 mg zat besi per harinya.
Mengonsumsi suplemen ibu hamil dan tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilannya. Ibu hamil yang anemia (kurang darah) akan berpotensi melahirkan anak yang stunting.
Persalinan ditangani oleh tenaga kesehatan yang kompeten
Setelah bayi lahir, ada beberapa langkah pencegahan stunting yang bisa dilakukan seperti :
Lakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) sesaat setelah bayi dilahirkan.
Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan dengan pemberian MPASI (makanan pendamping ASI) yang higienis, bergizi dan berkualitas dengan tetap melanjutkan menyusui hingga usia 2 tahun.
Pantau tumbuh kembang balita dan berikan imunisasi di posyandu (pos pelayanan terpadu) terdekat.
Perhatikan sanitasi lingkungan, meliputi air bersih, jamban sehat, dan rajin mencuci tangan dengan sabun.
Berikan makanan yang bergizi, seimbang komposisinya, lengkap kandungan karbohidrat, protein, vitamin, dan berbagai zat gizi lainnya.
Bagaimana Jika Terlanjur Stunting?
Anak yang mengalami stunting masih bisa mengejar ketertinggalannya supaya bisa normal dan tumbuh sehat seperti anak-anak lainnya. Kita bisa melakukan beberapa hal berikut ini untuk memperbaiki pertumbuhan anak stunting :
Disiplin dalam mengatur pola makan anak. Buat jadwal dan menu makanan anak yang mengalami stunting dengan terlebih dahulu ke dokter anak atau ahli gizi.
Berikan suplemen atau vitamin untuk lebih memaksimalkan penambahan tinggi badan anak. Konsultasikan dengan dokter sebelum memilih suplemen untuk anak. Jangan termakan iklan susu atau vitamin yang ditawarkan di toko online, selalu cek dan konsultasikan ke dokter dulu sebelum membeli.
Ajak anak melakukan aktivitas fisik dan rutin berolahraga supaya memiliki badan yang sehat, tulang yang kuat, tidak mudah sakit, dan memiliki pola tidur yang lebih baik. Seorang anak yang aktif bergerak terbukti memiliki pertambahan tinggi badan yang lebih optimal.
Pastikan anak bisa beristirahat dengan baik dan memiliki kesempatan tidur yang cukup dan berkualitas. Pada waktu tidur, sel-sel tubuh dan otak anak akan berkesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Ciptakan dan perbaiki lingkungan anak supaya lebih sehat dan higienis. Salah satu penyebab gagalnya upaya mengejar ketertinggalan pertumbuhan adalah kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Orang tua harus memulai kebiasaan hidup bersih dan sehat seperti rutin membersihkan rumah, mensterilkan alat makan, mencuci mainan anak secara berkala, dan membiasakan anak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah selesai menggunakan kamar mandi.
Jangan Berputus Asa
Tidak ada orangtua yang menginginkan anaknya mengalami stunting atau gagal tumbuh. Berbagai upaya pencegahan bisa dilakukan supaya anak tumbuh optimal dan tidak stunting. Diperlukan kerjasama yang baik dan saling mendukung dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.
Peran serta tenaga kesehatan dan pemerintah tentu menjadi tombak utama dalam memberikan edukasi pada masyarakat tentang pentingnya memberikan makanan bergizi dan menciptakan lingkungan bersih dan sehat untuk anak-anak kita.
Empati dan kepekaan antar sesama orangtua juga diperlukan supaya bisa saling memperhatikan ketika ada keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi, sehingga sulit mencukupi kebutuhan gizi anak. Jangan berputus asa dan terus kejar ketertinggalan anak yang mengalami stunting. Semangat dan tekad orang tua akan sangat bermanfaat untuk masa depan generasi masa depan yang lebih baik.(sbn)
Referensi :