Leny Hasanah- Tanggap Bencana
Sumbar, berbagi.hsi.id– “Manjauah lah dari siko woi woi, gadang sangaik… gadang sangaik (airnya) nih.. Allahu Akbar… Allahu Akbar…”
(Menjauhlah dari sini.. besar sekali, besar sekali (galodo-nya)
Suara pria yang diucapkan dengan bahasa Minang terdengar panik, ketika galodo atau banjir lumpur dan batu yang datang tiba-tiba melintas di hadapan mereka. Sampai-sampai dia berteriak keras menyuruh orang lain menjauh dari lokasi mereka bertahan.
Bagaimana tidak panik, dalam video berdurasi 17 detik yang diterima redaksi HSI Berbagi, banjir bandang mengalir deras menerjang dari hulu ke hilir. Menyeret kayu-kayu, peralatan rumah tangga dan benda apa saja yang dilalui, dalam suasana malam yang tampak mencekam di Desa Pandai Sikek, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.
Sesekali kilatan petir, memantulkan cahaya, seakan menerangkan kondisi musibah bencana yang datang tiba-tiba pada Sabtu malam itu. Begitu cepat datangnya, musibah ini pun membawa dampak kerusakan yang cukup besar dan duka yang mendalam.
Ya, Sumatra Barat kembali berduka. Banjir bandang lahar dingin Gunung Marapi yang terjadi pada Sabtu, 11 Mei 2024 sekitar pukul 21.15 WIB telah menelan korban jiwa. Setidaknya, dari data terbaru yang dihimpun DVI Polda Sumbar sampai hari ini, 52 orang dinyatakan meninggal dunia, 50 korban teridentifikasi dan 2 orang belum teridentifikasi.
Para korban yang meninggal dunia, diantaranya; berasal dari Kabupaten Agam 19 orang, Kabupaten Tanah Datar 14 orang, Kabupaten Padang Pariaman 8 orang dan 2 orang dari Padang Panjang.
Selain itu, disebutkan 17 orang belum diketahui keberadaannya, ribuan jiwa harus mengungsi ke lokasi lebih aman, rumah warga masih terendam banjir, dan infrastruktur banyak mengalami kerusakan, di antaranya jalan, irigasi, bendungan dan jembatan.
Dilansir dari portal bnpb.go.id, musibah yang meluas hingga ke empat kabupaten di Sumatra Barat ini dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi di wilayah hulu Gunung Marapi. Empat kabupaten tersebut yakni Padang Pariaman, serta Agam, Tanah Datar dan Padang Panjang, dimana ketiga nama terakhir merupakan daerah yang berada di kaki Gunung Marapi dan Gunung Singgalang.
Kondisi Sumbar yang dihantam banjir bandang saat ini sedang porak poranda. Rumah-rumah banyak tak berbentuk, kayu malang-melintang tak karuan, jembatan putus. Bahkan, jalur lalu lintas nasional Padang dan Bukittinggi pun saat ini dilaporkan putus total karena struktur tanah yang amblas di Kawasan Air Terjun Lembah Anai.
Pemerintah daerah setempat, yakni Pemkab Agam dan Pemkab Tanah Datar menetapkan status tanggap darurat bencana selama 14 hari. Hal ini dilakukan, sebagai upaya mempercepat penanganan bencana dan mengevakuasi korban yang terdampak.
Cerita Peserta HSI: Sangat Mencekam
“Rumah orang tua saya di Bukittinggi, masuk Kabupaten Agam, tetapi jaraknya sekitar setengah jam dari lokasi kejadian. Memang sangat mencekam, karena kejadiannya malam-malam,” ujar Dewi Suryani, peserta HSI asal Sumbar yang kini tinggal di Tangerang, Banten.
Dia mengatakan, kondisi keluarganya saat ini alhamdulillah, baik-baik saja setelah melakukan komunikasi pada Ahad paginya. Teman-teman pergaulannya di Sumbar, juga tidak terdampak musibah tersebut. “Namun ada teman saya, punya kakak dan kakak ipar di Kabupaten Agam yang menjadi korban meninggal dunia,” jelas Dewi dengan nada sedih.
Ketika dikonfirmasi, Ketua Program Tanggap Bencana HSI Berbagi, Dovit Agususilo mengaku sudah mendengar dan terus memantau musibah di Sumatra Barat. Namun, hingga saat ini masih harus berkoordinasi lebih lanjut dengan tim internal untuk mengirimkan relawan tanggap bencana atau bantuan ke Sumbar.
“Jika ada informasi lebih lanjut, insyaallah saya kabari,” jawab Dovit Agususilo melalui pesan singkat WhatsApp.
Musibah di Sumatra Barat menambah deretan panjang bencana alam yang terjadi di Indonesia. Dilansir dari geoportal data bencana Indonesia dengan alamat https://gis.bnpb.go.id/, rentang periode 1 Januari hingga 13 Mei 2024, telah terjadi bencana alam sebanyak 761 kejadian.
Sejauh ini, yang paling mendominasi adalah musibah banjir sebanyak 507 kejadian, disusul cuaca ekstrem 142 kejadian, tanah longsor 61 kejadian, 39 kejadian kebakaran hutan dan lahan, 2 kejadian gelombang pasang dan abrasi, 7 gempa bumi, 2 erupsi gunung api dan 1 kasus kekeringan.
Dari total 761 kejadian tersebut, sebanyak 217 orang meninggal dunia, 3.458.075 orang menderita dan mengungsi, 33 orang dinyatakan hilang dan 343 mengalami luka-luka. Adapun, dampak kerusakan bencana, 4.590 rumah rusak berat, 7.145 rumah rusak sedang dan 23.202 rumah rusak ringan. Sedangkan fasilitas rusak di antaranya 390 unit lembaga pendidikan, 272 rumah ibadah dan 39 pelayanan kesehatan.
Mari, kirimkan doa semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala segera mengangkat musibah dari negeri tercinta ini, dan para korban diberikan ketabahan dan kesabaran menghadapinya.(sbn)