dr. Avie Andriyani
Bekasi, berbagi.hsi.id– Islam melarang segala bentuk kezaliman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membawa ajaran agama Islam ini rahmatan lil ‘alamin, sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Islam mengajarkan keindahan akhlak, adab, dan menyayangi sesama.
Nabi menjelaskan bahwa perbuatan zalim akan membuat pelakunya bangkrut di akhirat, sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ؟ قَالُوا: الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. قَالَ: إِنَّ الْمَفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاة وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي وَقَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَي مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طَرِحَ فِي النَّارِ
“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?”
Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di tengah-tengah kita adalah orang yang tidak punya uang dan tidak punya harta.”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan,“Orang yang bangkrut dari umatku adalah yang datang pada hari kiamat nanti dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, (namun) ia telah menghina si A, menuduh berzina si B, memakan harta si C, menumpahkan darah si D, dan memukul si E. Maka si A diberi pahala kebaikannya dan si B, si C,.. diberi pahala kebaikannya. Apabila amal kebaikannya habis sebelum terbayar (semua) kezalimannya, dosa-dosa mereka yang dizalimi itu diambil lalu dilemparkan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim 2581)
Berkata Baik atau Diam
Salah satu bentuk bullying yang sering ditemui adalah bullying verbal, dimana pelaku membully korban dengan lisannya. Ucapan kasar, hinaan, sumpah serapah dan berbagai kata-kata toxic saat ini. Begitu mudahnya dijumpai di internet, baik dalam konten video maupun game online.
Tidak heran jika anak-anak muda zaman sekarang lebih mudah dan enteng mengucapkan kata-kata kasar, seolah itu hal yang biasa saja. Padahal dalam Islam, kita diperintahkan untuk berkata yang baik-baik saja, sebagaimana dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47).
Pelaku dan Korban Butuh Terapi
Terapi dan penanganan akibat bullying seringkali hanya menyasar korban saja, padahal pelaku bullying juga membutuhkannya. Pelaku bullying yang tidak ditangani dengan baik, akan terus mengulangi perbuatannya terhadap korban lama maupun baru. Hal seperti ini menyebabkan tidak efektifnya upaya memutus mata rantai bullying di sekitar kita.
Seharusnya tidak hanya korban yang mendapatkan terapi dan pendampingan. Pelaku juga harus mendapatkan perhatian sembari mendapatkan penyelesaian secara hukum jika memang kasusnya sudah masuk ke ranah hukum.
Terapi yang diberikan kepada pelaku bullying meliputi terapi konseling yang sifatnya individual dengan melibatkan orang tua, keluarga dan sekolah. Secara individual, anak dilatih untuk mengelola emosi, menyelesaikan masalah tanpa kekerasan, mengatasi tekanan (stres) dan dilatih supaya bisa berkomunikasi secara efektif.
Orang tua dilibatkan sebagai upaya penyesuaian dalam pola asuh dan cara mendidik anak. Pihak keluarga dan sekolah juga diberikan bimbingan supaya bisa menjadi support system yang mendukung dan memberi pengaruh baik pada anak.
Selain itu, dokter psikiatri akan memberikan terapi obat-obatan jika kondisi pelaku bullying benar-benar membutuhkan, terutama bagi yang mengalami depresi atau gangguan psikotik.
Langkah yang Ditempuh
Melawan bullying perlu melibatkan banyak pihak karena mengatasinya harus dari berbagai sisi, yaitu korban, pelaku, dan orang-orang di sekitarnya. Berikut ini beberapa langkah yang bisa kita tempuh untuk bersama-sama mengatasi bullying :
•Menanamkan nilai-nilai Islam dimulai sejak dini dan dari setiap rumah masing-masing.
•Mengaplikasikan nilai-nilai moral di sekolah, tidak sekadar teori dalam buku saja.
•Bersama-sama menciptakan suasana yang kondusif, baik di lingkungan sekolah, dunia kerja, maupun keluarga.
•Membiasakan berdiskusi dalam keluarga untuk mencegah anak dari kemungkinan menjadi pelaku ataupun korban perundungan.
•Mengingatkan anak bahwa melakukan bullying berarti melakukan kezaliman, dimana pelakunya akan mendapatkan hukuman di dunia maupun di akhirat.
•Menanamkan rasa percaya diri pada anak sehingga mereka menjadi pribadi yang tangguh dan tidak menjadi korban bullying.
•Mensosialisasikan kepada masyarakat baik di sekolah, tempat kerja, dan di berbagai tempat yang rawan bullying, sekaligus menjelaskan tentang batasan, jenis, dan dampaknya.
•Bersama-sama menciptakan suasana saling menyayangi, saling membantu dan perasaan setara. Hal ini akan meminimalisir sikap merasa superior (lebih tinggi/hebat) yang bisa memicu bullying pada pihak yang lebih lemah.
•Memberikan jaminan keamanan bagi siapa saja yang melaporkan tindakan bullying, supaya tidak ada lagi ‘saksi pasif’ yang sebenarnya ingin membantu. Tapi, malah merasa ketakutan.
•Memberikan bantuan kepada korban bullying terkait keamanan dan pemulihan kondisi fisik maupun mental.
•Membuat program anti bullying, baik dalam bentuk seminar, pelatihan, pembuatan poster, dan berbagai kegiatan lainnya. Program ini bisa dilakukan di sekolah dan di tempat yang rawan bullying.
Ayo Lawan Bullying!
Dibutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak supaya budaya bullying tidak semakin merajalela di tengah-tengah generasi kita. Tidak ada cara yang lebih efektif selain kembali pada Al-Qur’an dan sunnah, karena seorang anak yang memahami aturan agama akan menyadari bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.
Semoga Allah menjaga anak keturunan kita dari berbuat zalim dan dizalimi. Aamiin.(sbn)